Jumat, 15 Februari 2013

Sebuah Profil

 INCLUDE DALAM ANGKA 3+1
"Didiklah rakyat dengna organisasi dan didiklah pemerintah (penguasa) dengan perlawanan (koreksi)"
(Diinspirasikan dari Buku Tetralogi : Pramudya Ananta Toer).
Kutipan di atas mensiratkan pentingnya organisasi di tengah kehidupan yang semakin terisolir dan individual, selain itu organisasi sebagai wadah diskusi (musyawarah) dan mempererat tali persaudaraan "silaturrahim" dan kajian ilmiah. Berangkat dari itu semua rekan-rekan seperjuangan yang pernah menimba pengetahuan “ilmu” dari Al-In’am Banjar Timur Kecamatn Gapura Kabupaten Sumenep berinisiatif membentuk satu wahana sebagai penampung aspirasi “Ngopi Bareng”.  
Ngopi Bareng Alumni Al- In’am berdiri pada tanggal 23 Agustus 2008, di Merjosari Malang, sembilan hari setelah peringatan kemerdekaan RI 63., Ngopi Bereng  adalah sebuah wadah diskusi ilmiah. Wahana ini digagas oleh 5 orang (Sujibto, Muahammad Sauqi, Mahmudi, dan Yusman) dimana mereka adalah alumni Al-In’am yang ada di Malang. Seiring perjalanan dan perlunya legitimasi maka wahana diskusi ilmiah ini kemudian dibentuklah nama keorganisasian,  “AL-IN’AM NGOPI BARENG”. Organisasi ini berangkat dari kegelisahan dan keprihatinan terhadap fenomena sosial yang semakin terkooptasi dan terdistorsi oleh budaya konsumirisme yang mengarah pada eksploitasi hidup.  
Kegiatan rutin oraganisasi: diskusi, bedah berita-berita up to date dll, dilakasanakan dua mingu sekali (satu bulan dua kali pertemuan) keberadaan anggota yang berbeda tempat  tidak menyurutkan kemauan untuk terus berperoses dan saling  mengisi satu sama lain, kepekaan terhadap fenomena sosial mengaharuskan masing-masing individu untuk terus berkompetisi dan tidak pernah puas terhadap apa yang diperoleh. “memang kami sengaja menanamkan sikap skeptis dan tidak suka pragmatis”. Itulah kami…!
Semangat dan kemauan tinggi menjadi salah satu kunci eksisnya organisasi ini, hal itu dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang telah berhasil dilaksanakan seperti diskusi bersama : membahas tentang waktu, “tema tersebut menjadi hal yang sangat penting pada saat itu, mengapa? Pertama organisasi ini baru pertama mengadakan kegiatan formalnya. Sehingga persoalan waktu menjadi sebuah hal yang urgen, kerena jika seseorang tidak bisa me-manage waktu secara baik maka dia dipastikan akan tergilas oleh waktu itu sendiri”.
Selain itu kita yang notabeni mahasiswa dituntut mampu mengoptilmalkan waktu seefesien mungkin dengan memenej dengan baik, kalau tidak maka akan ada yang dikorbankan, ada satu setedmen mengatakan “aktif berorganisasi, identik dengan molor kuliah (kuliahnya amburadul)” fenomena semacam itu sudah menjadi rahasia umum dikalangan mahasiswa “aktifis”. Dan kita tidak mau terhadap streotip semacam itu, sehingga meminejemen waktu dan pemanfaatannya supaya efektif harus dimusyawarahkan dan hal itu sangatlah penting.
Pada pertemuan yang kedua kemudian membahas masalah pentingnya membangun cita-cita “IMAJINASI DAN WUJUD PENGETAHUAN” Albert Einstein berpendapat bahwa "imajinasi lebih penting daripada pengetahuan". Bagai gayung bersambut, organisasi yang baru dirintis dan orang-orang yang berkecimpung terus melebarkan sayap dan mematangkan programnya untuk menjawab tantangan kedepan, satu hal yang sangat membanggakan kajian-kajian yang disampaikan tersusun rapi dan terstruktur, pembahasan topik  berkesinambungan dari satu topik dengan topik yang lain.
Kemudian pada pertemuan yang ketiga kami sepakat mengangkat budaya Islam “Islam Simbolik: Jilbab Dalam Prespektif Budaya Indonesia”. Kami tidak akan mengulas topik-topik yang telah tersampaikan secara mendetail pada kesempatan ini, namun kami juga tidak hendak populis dengan jargon, pembaca bisa menyimak langsung dan memberikan keritik yang konstruktif terhadap organisasi supaya kedepannya lebih baik.
“Hidup ibarat roda yang berputar terkadang di atas dan di bawah” itulah siklus hidup. Pada masanya manusia akan menemukan titik jenuh, begitu pula perjalanan organisasi AL-IN’AM NGOPI BARENG yang ada di Malang. Setelah pertemuan ketiga sempat terjadi stagnasi “kekosongan” kegiatan, hal itu kerena kesibukan dari masing-masing anggota, sebagian sibuk dengan garapan skripsinya sementara yang lain sibuk dengan kegiatan reguler kampus dan keorganisasian di kampusnya masing-masing.
Kurang lebih sekitar tiga bulan organisasi kehilangan rohnya, pesimis sempat muncul dari masing-masing individu “akankah organisasi ini sanggup bertahan”. Semangat yang awalnya membara perlahan meredup larut dalam kesibukan.
Pada Mei 2008 organisasi ini kembali mencoba merajut tangkaian yang berserak kebetulan pada saat itu ada adik kelas yang baru beberapa bulan di Malang, kesempatan itu pun tidak kami sia-siakan dan kami ajak untuk include, pada bulan yang sama kemudian kami menyusun pertemun dan melakukan reorganisasi, empat orang yang hadir dalam pertemuan (Sujibto, Muhammad Sauqi,  Mahmudi dan fawaid baru) Muhammad Sauqi sudah memperoleh gelar dengan predikat sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dan insyaallah Sujibto sendiri akan di-wisuda pada 10/10/2009 mendatang dengan gelar yang sama. Minimnya kaderisasi mengharuskan kami mengangkat Fawaid untuk menjadi pemimpin organisasi (leader of organitation)  meskipun dia sendiri baru mengenal kehidupan kampus dengan satu tujuan sebagai pembekalan pendidikan sejak dini.
Namun ujian dan cobaan terhadap organisasi tidak berhenti sampai disitu, setelah sempat melaksanakan kegiatan tukar wacana sekitar dua kali, organisasi kembali mengalami kebuntuan yang lama. Pada  tanggal 15 Agustus kami sempat membahas “ilmu tidak hanya bisa diperoleh di kampus” pada kesempatan ini ada anggota “alumni” baru, adik kelas yang hendak melanjutkan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang, pada kesempatan ini ada satu inisiatif untuk merubah nama keorganisasian, namun belum terumuskan, keterlibatan anggota baru pada setiap reorganisasi sebetulnya hal itu bukan satu kesengajaan dan hanya bersifat kebetulan.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 2009, kami kembali mengadakan pertemuan. Pada saat itu telephone berdering ….. “Tola’edi menelpon : Yusman dan Mahmudi segera ke kontrakan penting, ditunggu di depan Masjid IKIP Budi Utomo Malang”, kami sempat terkejut dan sempat penasaran, kami pun segera meluncur ke kontrakan Tola’edi  untuk membahas masalah workshop dan nama organisasi AL-IN’AM NGOPI BARENG menjadi IKLIMA sekaligus membuat logo sementara.
Agar legitimasi jelas maka kami  kembali mengadakan pertemuan di salah satu lesehan di gang X Malang, 21/08/2009, pada kesempatan ini kami membahas  pengesahan nama dan ketetapan logo di mana dihadiri oleh Muhammad Sauqi dan Mahmudi. Pada pukul 21.30 tertanggal 21 Agustus 2009 secara aklamasi IKLIMA di-sah-kan, pada minggu berikutnya logo IKLIMA :


Berubah sebagai berikut :


Perubahan ini secara subtantif nantinya akan dijabarkan dalam AD/ART.
Selanjutnya kami segenap anggota menyampaikan ungkapan terimaksih kepada seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan kontribusi baik sacara pemikiran dan terbih mereka meluangkan segenap waktu dan dedikasinya kepada IKLIMA.
Akhirnya “ ketika saya mengetahui bahwa saya telah membuat kesalahan atau karya saya tidak sempurna, dan ketika dikritik pedas, maka sebagai penghibur bagi diri sendiri, saya akan berkata beratus-ratus kali kepada diri sendiri, ‘saya telah bekerja keras, dan tidak ada orang lain yang melampaui.’“ Charles Darwin  



Malang 05/09/2009


0 komentar:

Posting Komentar